Burung Cucak Rowo di Indonesia terdapat sekitar 27 jenis, terutama terkonsentrasi penyebarannya di Indonesia bagian barat. Hanya dua spesies yang menyebar jauh hingga ke Sulawesi Selatan, salah satunya juga didapati di Lombok.
Namun keduanya diduga menyebar karena dibawa manusia (feral, burung lepasan yang kemudian berbiak). Akan tetapi anehnya ada satu jenis anggota suku ini yang menyebar terbatas (endemik) di pulau-pulau sekitar Sulawesi dan Maluku, yakni Brinji emas (Alophoixus (Hypsipetes) affinis).
Bahkan karena hidup di wilayah kepulauan yang terisolir satu sama lain selama jutaan tahun, spesies ini telah berkembang menjadi sembilan subspesies yang berbeda. Beberapa contoh anggota suku merbah ini selain cucak rawa (Pycnonotus zeylanicus) adalah Cucak kuning (P. melanicterus), Cucak kutilang (P. aurigaster), Cucak gunung (P bimaculatus), Merbah cerukcuk (P. goiavier), Merbah belukar (P. plumosus) dan Empuloh janggut (Alophoixus bres).
Konservasi Burung Cucak Rawa
Cucak Rawa Merupakan salah satu burung yang sangat digemari orang sebagai burung peliharaan, karena kicauannya yang merdu. Di Jawa, burung ini sudah sangat jauh menyusut populasinya karena perburuan yang ramai sejak tahun '80an.
Burung-burung yang kini diperdagangkan kebanyakan berasal dari Sumatra dan Kalimantan. Saat ini di banyak bagian Pulau Sumatra (misalnya di Jambi, di sepanjang Batang Bungo)pun populasinya terus menyusut. Collar dkk. (1994, dalam MacKinnon dkk. 2000) menggolongkan populasi Cucak Rawa ke dalam status rentan. Demikian pula IUCN menyatakan bahwa burung ini berstatus Rentan (VU, Vulnerable). Uraian status konservasi yang lebih rinci dapat dilihat pada situs IUCN. Jika tidak ada langkah penyelamatan yang lebih baik dari sekarang, barangkali beberapa tahun ke depan burung ini hanya akan tinggal kenangan dan hanya tinggal disebut-sebut dalam nyanyian seperti dalam lagu Manuk Cucakrowo di Jawa.
Klang-klung-kliuk… klang–klung–kliuk” Kicauan burung Cucak Rawa mengalun merdu. Gema suaranya yang terdengar hingga jarak 300-an meter memecahkan keheningan di pagi hari yang sejuk. Lelah setelah pulang kerjapun bisa hilang saat mendengar kicau burung di rumah. Bagi pencinta Cucak Rawa memelihara burung ini dan menikmati kicauannya dapat memberi ketenteraman batin. Apalagi, burung ini konon kabarnya menjadi klangenan para raja-raja di Jawa dan sampai saat ini masih dianggap bisa menaikkan gengsi bagi pemiliknya.
Para penggemar fanatik Cucak Rawa biasanya mencari Cucak Rawa yang mepunyai kicauan roppel, yaitu kicauan yang panjang-bergulung, nadanya bervariasi, seperti ocehan dua-tiga burung yang digabung menjadi satu. Tetapi, suara semi roppel (agak roppel) dan engkel (hanya ”klang-kling-klung”) saja juga sudah cukup disenangi bagi sebagian kalangan.
No comments:
Post a Comment